Cegah Kekerasan pada Anak - Tindak kekerasan pada anak terdapat dua kekerasan pertama kekerasan fiksik yang terjadi pada tubuh dan fisik anak, dan yang kedua tindak kekerasan pada psikis anak yaitu tindakan yang dilakukan yang membuat anak kecewa misanya dengan cara membentak dan menelantarkan anak sehingga di dalam pertembuhan dan perkembangan berpikir anak. Tindak kekerasan pada anaik ini banyak terjadi di lingkungan kita, dan siapa pun bisa melakukan hal tersebut kepada anak tidak terkecuali orang-orang terdekat dengan anak itu sendiri, Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah kekerasan pada anak atara lain :
Pertama,Ada hal yang dapat membuat kita marah
termasuk perilaku anak yang salah namun jangan jadikan amarah bahan bakar untuk
mendisiplinkan anak. Lebih lanjut, Bukik Setiawan telah menjabarkan dalam
buku Anak Bukan Kertas Kosong bahwa ancaman ganjaran dan
hukuman (reward
and punishment)
tidak efektif untuk membentuk perilaku anak. Mengapresiasi dan menumbuhkan perilaku
baik anak lebih efektif ketimbang mengancam anak dengan ganjaran maupun
hukuman.
Kedua, membiasakan komunikasi yang baik
dengan anak, agar anak memiliki kepercayaan pada orangtua untuk bercerita.
Banyak kasus saat anak yang mengalami kekerasan menjadi tertutup dengan
siapapun, termasuk orangtuanya sendiri. Bercerita adalah bekal penting anak
untuk belajar mengungkapkan perasaannya, dan itu dimulai dari keluarga.
Tanyakan apabila Ayah Ibu mengamati perubahan perilaku yang tidak wajar pada
diri anak, dan dengarkan cerita anak dengan penuh perhatian.
Ketiga, terlibatlah dalam berbagai kegiatan
anak. Ini adalah kesempatan Ayah Ibu untuk mengenal dengan siapa anak berteman
dan bermain bersama. Di sekolah, Ayah Ibu dapat meluangkan waktu bersama guru
atau wali kelas anak untuk mengobrol tentang keseharian dan perilaku anak di
kelas. Terlibat dalam berbagai kegiatan anak dapat memberikan data tambahan
untuk melengkapi cerita anak, bahkan membuat Ayah Ibu mengetahui apabila ada
teman anak yang mengalami kekerasan.
Keempat, bekali anak berbagai hal untuk
mencegah dirinya dari tindak kekerasan. Salah satu hal terpenting untuk
diajarkan pada anak adalah keberanian untuk bersuara, mengungkapkan
pendapatnya, saat merasa terancam atau tidak menyukai perilaku seseorang.
Keberanian untuk bersuara merupakan salah satu bentuk perlawanan terhadap
kekerasan, karena banyak anak yang hanya bisa diam saat mengalami tindak
kekerasan.
Karena
itu, kekerasan pada anak jangan lagi dipandang sebagai persoalan individu. Ini
adalah masalah kronis sistemik yang membutuhkan pemecahan serius. Jika tindakan
menyakiti bahkan melukai anak dilakukan secara terus-menerus dan jangka panjang
tentu ada normal sosial dan hak anak dilanggar. Pemecahannya pun harus
menggunakan pendekatan sistemik komunal yang melibatkan banyak orang.
Pertama,
kekerasan pada anak terjadi karena tidak ada norma sosial yang melindungi anak.
Kekerasan bahkan dianggap sebagai bagian dari pendidikan. Mau dipukuli wong
anak sendiri. Di banyak tempat orang tua menggebuki anaknya sampai pingsan pun
masyarakat tidak peduli. Kekerasan jalan terus karena di masyarakat memang
tidak mempunyai pranata atau sistem perlindungan anak untuk menghentikan
aksi-aksi kekerasan itu.
Kedua,
pola hirarki sosial yang merendahkan posisi anak. Hal ini berakar dari budaya
mereka yang kecil, miskin, tidak berpengaruh, tidak berharga di masyarakat.
Hubungan antara anak dan orang tua dibangun sedemikian rupa sehingga sangat
timpang dan merugikan anak. Orang dewasa, senior dan mereka yang kuat harus
selalu berkuasa dan menang. Mereka yang lebih dewasa dan di atas harus
dipatuhi.
Dalam
pola hirarki semacam itu anak berada di bawah. Karena anak-anak ini lemah,
mereka rentan menjadi sasaran pelampiasan kemarahan orang dewasa. Ketiga, masih
adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat turut memberi kontribusi maraknya
aksi-aksi kekerasan. Kekerasan pada anak banyak terjadi di keluarga yang
berasal dari strata sosial ekonomi rendah. Kemiskinan sebagai struktur sosial
yang menindas melahirkan kekerasan struktural. Karena masalah ekonomi, orang
tua mengalami stress berkepanjangan dan tidak banyak waktu tersedia untuk anak.
Kesimpulan
Kekerasan
terhadap anak banyak terjadi di sekitar kita terutama pada keluarga yang rentan
dengan kesejahteraan ekonomi menengah kebawah, dengan keterbatasan ini sehingga
terjadi tindak kekerasan anak baik itu kekerasan fisikdan kekerasan psikis pada
anak. Maka siapapun yang ada di sekirat harus melibatkan diri dalam pencegahan
kekerasan terhadapt ini bisa dengan mehubungi lembaga-lembaga yang berkaitan
dengan perlindungan anak.
NB ; Ini adalah Resume saat Diklat FDS
Terimakasih Atas Kunjunganya, Silahkan Tinggalkan komenta Anda Dibawah ini